klasifikasi sistem pertanian
PENDAHULUAN
A. Latar
belakangGeografi Pertanian memplajari mengenai konsep dan
lingkungan geografi pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi
pertanian dan karakteristik sistem pertanian, studi perkembangan pertanian,
pembangunan pertanian dan penelitian sistem pertanian.Dari penelitian arkeologi didapati manusia telah
menggunakan tanah beribu-ribu tahun, ketika itu kumpulan-kumpulan manusia di
atas muka bumi ini berada di dalam satu kumpulan kecil yang terdiri dari jumlah
20 orang (sedikit). Manusia ketika itu hanya menjalankan aktiviti pra-pertanian
seperti memburu, menangkap ikan , memungut tanaman-tanaman hutan dan madu.
Pra-pertanian diperingkat asal ini dikenali sebagai masyarakat "Pemburu
dan Pengumpul" (hunting and gathering society).Bentuk pertanian pada peringkat awal adalah primitif
dan lalu berubah mulai membiakkan tumbuhan melalui proses pemilihan, beternak
hewan (dahulunya liar), dan membentuk komunitas/kelompok-kelompok pertanian
yang lebih besar . Banyak jenis-jenis tanaman yang telah berubah dari proses pemilihan
dan penanaman sebelum selanjutnya tanaman tersebut dipindahkan ke tempat-tempat
lain di dunia ini.Iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman telah
menyebabkan sebaran spesies-spesies tanaman tersebar luas di dunia. Kawasan
Asia Barat yang berhampiran lengkungan Lembangan Sungai Tigris adalah merupakan
kawasan pertanian yang dapat dikembangkan sejak tahun 6,000 SM. Tanaman barli,
kurma, buah lai, buah delima, bawang, dan kacang telah ditanam di kawasan yang
subur ini. Tanaman epal juga pada awalnya ditemui di keliling Lautan Hitam dan
Kaspian. pertanian merupakan aktivitas ekonomi dunia yang paling penting.
dimana pada prakteknya kegiatan ini menggunakan sepertiga dari permukaan bumi
dan terdapat sekitar 45% dari seluruh jumlah penduduk dunia yang bekerja dan
terlibat dengan aktivitas pertanian.Pertanian tidak lagi boleh dipandang sebelah mata
bagi kehidupan manusia di muka bumi apabila manusia yang semakin ramai dan
mempunyai belbagai kebutuhan. Sesuai sejarah pada mulanya manusia yang
bergantung kepada aktivitas memburu dan mengumpulkan makanan tidak berkembang
baik oleh karena kurangnya kemampuan untuk menyediakan sumber makanan yang
mencukupi.Lain halnya dengan masyarakat modern yang jumlahnya
cukup besar, aktivitas pertanian yang baik dan produktif menjadi penting untuk
menghasilkan sumber makanan yang banyak. kegiatan beternak hewan merupakan
titik permulaan bagi pertanian modern yang diamalkan sekarang.
Aktiviti-aktiviti ini memerlukan tenaga kerja dan penjagaan yang baik dan
memadai. Tanaman dan ternak tidak boleh dibiarkan sendirian untuk hidup seperti
keadaan masa silam.Sebagai contohnya tanaman padi, memerlukan
kerja-kerja penyemaian, pembajakan, pembasmian serangga dan penyakit, perawatan
dan penuaian. Keperluan untuk peralatan, pupuk, pestisida, pengairan,
perlindungan area/pagar, dan modal untuk membeli bibit juga turut meningkat
dengan berkembangnya sistem pertanian yang banyak tertumpu kepada peningkatan
hasil dan mutu pengeluaran pertanian.Pertanian moden adalah bercirikan pada peningkatan
hasil dan penurunan dalam penggunaan tenaga buruh. Petani-petani tidak lagi
seharian berada di ladang. sehingga waktu tidak terbuang, banyak
aktiviti-aktiviti lain yang bisa dilakukan oleh para petani seperti kegiatan
pemasaran, aktivitas sosial. maupunaktivitas lainnyaB.
Perumusan masalahAdapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalahDefinisi klasifikasi sistem pertanian tanah, peranan
klasifikasi tanah bagi kehidupan manusia.C. TujuanTujuan dari makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami tentang klasifikasi sistem pertanian.Kegunaan dari makalah ini adalah
dapat dijadikan sumber informasi mengenai klasifikasi sistem pertanian
berkelanjutan
PEMBAHASAN
A.
PengertianApa yang dimaksud dengan tanahTanah adalah benda alami di permukaan bumi yang
terbentuk dari bahan induk tanah (bahan organik dan atau bahan mineral) oleh
proses pembentukan tanah dari interaksi faktor-faktor iklim, relief/bentuk
wilayah, organisma (mikro-makro) dan waktu, tersusun dari bahan padatan (organik
dan anorganik), cairan dan gas, berlapis-lapis dan mampu mendukung pertumbuhan
tanaman. Batas atas adalah udara, batas samping adalah air dalam > 2 meter
atau singkapan batuan dan batas bawah adalah sampai kedalaman aktivitas biologi
atau padas yang tidak tembus akar tanaman, dibatasi sampai kedalaman 2 meter.Apa yang dimaksud dengan Klasifikasi TanahKlasifikasi tanah adalah suatu cara pengelompokan
tanah berdasarkan sifat dan ciri tanah yang sama atau hampir sama, kemudian
diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan dibedakan dengan
tanah-tanah lainnya. Setiap Jenis Tanah memiliki sifat dan ciri tertentu dan
berbeda dengan jenis tanah lainnya. Setiap jenis tanah memiliki sifat, ciri,
potensi kesesuaian tanaman dan kendala tertentu untuk pertanian sehingga
memerlukan teknologi pengelolaan tanah yang spesifik untuk dapat berproduksi
optimal. Berdasarkan bahan pembentukannya, tanah dibedakan atas tanah organik
dan tanah mineral.Apa yang dimaksud dengan Sistem Klasifikasi TanahDi Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga
(3) sistem klasifikasi tanah yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian,
Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan, yaitu : (1) Sistem
Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo,
1961), (2) Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi
Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan (3) Sistem FAO/UNESCO (1974).
Namun dalam perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988
lebih banyak digunakan, terutama oleh para peneliti dari Lembaga Penelitian
Tanah (sekarang Balai Besai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) dan Perguruan
Tinggi sesuai dengan hasil keputusan Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah
Indonesia. Sementara itu, Sistem Klasifiaski Tanah Nasional sudah hampir
ditinggalkan penggunaannya. Walupun demikian, sistem tersebut masih eksis dan
masih banyak digunakan terutama oleh para pengambil kebijakan dan praktisi
lapangan di daerah. Keberadaan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional merupakan ciri
budaya bangsa dan menjadi tolok ukur tingkat perkembangan dan penguasaan
teknologi tanah di suatu negara. Sistem nasional ini perlu dimiliki oleh setiap
bangsa dan negara serta harus terus menerus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan IPTEK tanah.
B. Peranan Klasifikasi Sistem PertanianApa peranan klasifikasi tanah dalam pembangunan
pertanianTanah merupakan media tumbuh tanaman, modal dasar
pembangunan pertanian yang memiliki sifat dan ciri tertentu, potensi kesesuaian
tanaman, kendala dan kebutuhan input dan teknologi pengelolaan tanah pertanian.
Tanpa tanah, tidak ada tanaman, tidak ada produksi pertanian, dan tidak ada
kehidupan. Klasifikasi tanah merupakan alat komunikasi diantara para pakar dan
pengguna tanah. Dengan mengetahui klasifikasi tanah maka akan mudah bagi kita
untuk mempelajari dan memahami sifat dan ciri setiap jenis tanah (sifat
morfologi, fisika, kimia dan mineralogi tanah), potensi dan kendala
penggunaannya, sehingga secara cepat dapat ditetapkan potensi dan jenis-jenis
komoditas yang sesuai dikembangkan serta input produksi dan teknologi
pengelolaan tanah yang diperlukannya.\ Dalam
prakteknya, pemanfaatan tanah yang ideal adalah memilih komoditas yang paling
sesuai dengan penggunaan input sekecil mungkin, namun diharapkan produksi yang
maksimal. Sebagai contoh, Aluvial (Entisol, Inceptisol) lebih sesuai untuk
sawah (ketersediaan air). Podsolik Merah Kuning (Ultisol) untuk tanaman
perkebunan karet dan kelapa sawit. Mediteran (Alfisol) untuk perkebunan kakao,
kopi, hutan jati. Latosol (Inceptisol) untuk tanaman pangan lahan kering dan
buah-buahan, sedang Andosol (Andisol) untuk tanaman hortikultura dataran
tinggi. Tanah gambut (Organosol, Histosol) dangkal <50 cm sesuai untuk
sawah, gambut tengahan (50-200 cm) dengan bahan dasarnya bukan pasir sesuai
untuk perkebunan (sawit), dan gambut dalam >200 cm sebaiknya untuk kawasan
hutan konservasi atau hutan lindung.Pengaturan penggunaan tanah sesuai kemampuannya akan
meningkatkan produksi pertanian, efisiensi input, berkelanjutan dan tidak
merusakkan lingkungan. Informasi jenis tanah dan penyebarannya tersedia berupa
peta tanah dalam berbagai ukuran dan skala peta sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Peta tanah skala kecil (< 1:250.000) biasa digunakan untuk
tujuan perencanaan pengembangan pertanian di tingkat provinsi, sedang untuk
keperluan perencanaan penggunaan tanah di tingkat kabupaten pada skala
1:100.000 atau 1:50.000 dan di tingkat kecamatan perlu menggunakan peta tanah
skala lebih besar lagi yaitu skala 1:25.000. Sebagian besar data/peta tanah
tinjau sudah tersedia pada Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, di
Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor. Sedangkan peta tanah semidetil (skala
1:50.000) atau detil (skala 1:25.000) masih sangat terbatas sekali. Ini masih
menjadi Pekerjaan Rumah (PR) lembaga kami dan instansi terkait lainnya dalam
penyelesaian program pemetaan sumberdaya tanah nasiona
C. Contoh
Klasifikasi System PertanianSistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling
primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya
penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada
ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem
ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan
ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman
pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan
kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan
orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan
pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga
yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang
diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi,
terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai
stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.
Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik.
Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian
tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun
perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan
perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan
bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil
utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang
industri pertanian
D.
Ciri-Ciri Pertanian Rakyat1. Modal KecilPada umumnya masyarakat pedesaan yang menjadi petani
hidup dalam keadaan miskin. Dengan demikian modal yang dimiliki pun sedikit
yang mengakibatkan teknik, peralatan dan perlengkapan yang digunakan masih
tergolong sederhana. Dengan berbagai barang modal yang berteknologi rendah itu
tentu saja tidak akan menghasilkan hasil pertanian yang besar.2. Sistem dan Cara Pengolahan Lahan yang SederhanaAkibat keterbatasan dana, maka sistem yang digunakan
untuk bercocoktanam pun juga menjadi sederhana. Dengan modal yang besar pada
umumnya akan dapat menerapkan teknologi tinggi untuk mengikatkan kualitas dan
kuantitas hasil panen.3. Tanaman yang Ditanam Adalah Tanaman PanganRakyat petani Indonesia pada umumnya menanam
tumbuhan yang dapat dijadikan bahan makanan. Hal ini disebabkan oleh kondisi
ekonomi para petani yang secara umum di bawah garis kemiskinan. Tanaman yang
ditanam pun merupakan tanaman pangan sehari-hari agar jika tidak laku terjual
dapat dikonsumsi atau dimakan sendiri. Selain itu tanaman pangan memiliki sifar
pasar yang inelastis, sehingga produk pangan itu akan selalu laku di pasaran
tanpa dapat banyak dipengaruhi oleh harga.4. Tidak Meliki Sistem Administrasi yang BaikPara petani Indonesia pada mulanya bekerja
sendiri-sendiri tanpa membuat perkumpulan petani. Dengan diperkenalkannya
sistem koperasi, maka pertanian di Indonesia dapat melangkah ke arah yang lebih
baik. Koperasi merupakan organisasi badan hukum yang didirikan dengan tujuan
untuk mensejahterakan anggota-anggotanya. Dengan sistem administrasi koperasi yang
baik maka para petani ini akan lebih memiliki posisi daya tawar dan daya saing
yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri.
PENUTUP
A.
KesimpulanKeberhasilan pembangunan pertanian terletak pada
keberlanjutan pembangunan pertanian itu sendiri. Konsepsi pembangunan pertanian
berkelanjutan tersebut diterjemahkan ke dalam visi pembangunan pertanian jangka
panjang yaitu ”Terwujudnya sistem
pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin
ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian “ dan
diimplementasikan.Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha
pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu rantai pasok
(supply chai ) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu
pada sumber daya nasional, kearifan local serta ilmu pengetahuan dan teknologi
berwawasan lingkungan. Sistem pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal
yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh
berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang
semakin ketat.Sehingga sudah seharusnya negara-negara dunia ketiga
untuk mencanangkan program – program unggulan guna mempercepat diseminasi
pertanian khususnya Indonesia dengan badan Litbang pertanian sehingga bisa
mewujudkan pertanian industrial.
DAFTAR PUSTAKAFAO. 1989. Sustainable Development and Natural
Resources Management. Twenty-Fifth Conference, Paper C 89/2 simp 2, food and
Agriculture Organization, Rome.
Karwan, A.Salikin.2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan.Kanisius. YogyakartaMunasinahe, M. 1993.
Enviromental Economics and
Sustainable Development. Environtment Paper No. 3. The World Bank, Washington,
D.C.Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian
Sebagai Strategi Agribisnis dan Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi.
Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.
Reijntjes, Coen Dkk. 2002. Pertanian Masa Depan.
Kanisius. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar