Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan
sebagai teori modernisasi. Artikel Walt Whitman Rostow yang dimuat dalam
Economics Journal pada Maret 1956 berjudul The Take-Off Into Self-Sustained
Growth pada awalnya memuat ide sederhana bahwa transformasi ekonomi setiap
negara dapat ditelisik dari aspek sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam
tiga tahap: tahap prekondisi tinggal landas (yang membutuhkan waktu
berabad-abad lamanya), tahap tinggal landas (20-30 tahun), dan tahap
kemandirian ekonomi yang terjadi secara terus-menerus.
Walt Whitman Rostow kemudian mengembangkan ide tentang
perspektif identifikasi dimensi ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori
dalam bukunya The Stages of Economic
Growth: A Non-Communist Manifesto yang diterbitkan pada tahun 1960. Ia
meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto anti-komunis’ sebagaimana
tertulis dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternatif
bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan
pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi
pada tahun 1978 dan 1980.
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor
tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan
terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih
mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk
menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan
mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu
negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat
berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini
ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang
dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan
transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat
unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai
modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke
arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan
sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi
dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga
pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi
suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada
sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat
berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan
pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan
Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori
modernisasi’.
Tahap-Tahap Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic
approach) inilah yang menjadi syarat pembangunan untuk mencapai ‘status lebih
maju’. Rostow membagi proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society),
dengan karakteristiknya:
Pertanian padat tenaga kerja;
Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
Ekonomi mata pencaharian;
Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
Adanya sistem barter.
2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the
preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
Pendirian industri-industri pertambangan;
Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
Perlunya pendanaan asing;
Tabungan dan investasi meningkat;
Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
Adanya elit-elit baru;
Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai
dengan:
Industrialisasi meningkat;
Tabungan dan investasi semakin meningkat;
Peningkatan pertumbuhan regional;
Tenaga kerja di sektor pertanian menurun;
Stimulus ekonomi berupa revolusi politik,
Inovasi teknologi,
Perubahan ekonomi internasional,
Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari
Pendapatan nasional,
Sektor usaha pengolahan (manufaktur),
Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
Menurut taksiran Rostow, masa tinggal landas di beberapa negara
adalah seperti tampak pada Tabel di bawah ini.
Inggris
|
1783 - 1802
|
Industri tekstil
|
Perancis
|
1830 - 1860
|
Jaringan jalan kereta
api
|
Belgia
|
1833 - 1860
|
-
|
Amerika Serikat
|
1843 - 1860
|
Jaringan jalan kereta
api
|
Jerman
|
1850 - 1873
|
Jaringan jalan kereta
api
|
Swedia
|
1868- 1890
|
Industri kayu
|
Jepang
|
1878 - 1900
|
Industri sutera
|
Rusia
|
1890 - 1914
|
Jaringan jalan kereta
api
|
Kanada
|
1896 - 1914
|
Jaringan jalan kereta
api
|
Argentina
|
1935
|
Industri substitusi
impor
|
Turki
|
1937
|
-
|
India
|
1952
|
-
|
Cina Komunis
|
1952
|
-
|
Dari Tabel di atas bisa disimpulkan bahwa:
sebagian besar negara Barat mencapai masa tinggal landas
pada abad yang lalu, kecuali Inggris, yang sudah mencapainya seabad sebelumnya.
masa tinggal landas itu berkisar antara 20 - 30 tahun.
Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang
sudah mencapai masa tinggal landas yaitu:
Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau
kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product=
NNP).
Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri
dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).
Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan
kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas
ekonomi yang bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
Di sini juga termasuk kemampuan negara tersebut untuk
mengerahkan sumber-sumber modal dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam
negeri peranannya besar sekali dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris
dan Jepang, misalnya mencapai masa tinggal landas tanpa mengimpor modal
(bantuan luar negeri) sama sekali.
Menurut Rostow
perkembangan sektor pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk setiap
negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor pemimpin pada masa tinggal
landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan kereta api memegang peranan
yang sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di Swedia,
sektor pemimpin adalah industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina adalah
industri substitusi impor barang-barang konsumsi.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil
kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor
ekonomipun yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh
pola perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain. Namun demikian, ada 4
faktor penting yang harus diperhatikan dalam menciptakan sektor pemimpin yaitu:
Harus ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi
barang-barang yang diproduksi yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang
dengan cepat.
Dalam sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi
yang modern dan kapasitas produksi harus bisa diperluas.
Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha
harus menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai pembangunan sektor
pemimpin.
Pembangunan dan transformasi teknologi sektor pemimpin
haruslah bisa menciptakan kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan
modernisasi sektor-sektor lain.
4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to
maturity), ciri-cirinya:
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
Diversifikasi industri;
Penggunaan teknologi secara meluas;
Pembangunan di sektor-sektor baru;
Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari
pendapatan nasional.
5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high
mass-consumption) dengan:
Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan
jasa;
Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran
Dengan melihat aspek lainnya yaitu sosial, politik, dan
aspek nilai-nilai mengenai karakteristik tahap-tahap pertumbuhan ekonomi di
atas, maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Menurut Rostow, dalam hal mengenai perubahan dari tahap
tradisional ke arah industrial sebagai syarat pembangunan dan kemajuan,
pembangunan ekonomi atau proses transformasi masyarakat dari tahap tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional.
Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang
ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran
sektor industri saja.
Perubahan yang dimaksud selain dari perubahan struktural
dari tradisionalitas menuju modernitas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial
yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke
luar.
Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
Perubahan dalam kegiatan investasi masyarkat, dari melakukan
investasi yang tidak produktif (seperti halnya menumpuk emas, membeli rumah,
dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang
merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu,
penghargaan terhadap prestasi perorangan, dan sebagainya)
Dengan demikian, dasar pembedaan proses pembangunan ekonomi
menjadi lima tahap tersebut adalah karateristik perubahan keadaan ekonomi,
sosial, dan politik, serta nilai-nilai dalam masyarakat.
Titik sentral dari argumentasi Rostow adalah bahwa cepat
atau lambat, semua masyarakat dunia akan melewati rentetan dari kelima tahap
pertumbuhan ekonomi di atas. Faktor penentunya adalah kondisi alam, ekonomi,
politik, dan budaya.
Kritik terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Sejumlah kritik terhadap teori Rostow dapat digambarkan
sebagai berikut:
Teori Rostow dianggap terlalu sederhana;
Rostow menyebut tentang tabungan dan investasi namun tidak
mengklarifikasi mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan
tabungan yang ada ke dalam investasi;
Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi;
Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi. Perlunya infrastruktur lainnya seperti sumber daya manusia
(pendidikan), jalan-jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi;
Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari
penggunaan investasi apakah ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi
ataukah untuk penggunaan lainnya;
Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di
dunia akan saling mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.
Argumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri
keterbelakangan tidak beralasan.
Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di
Eropa akan juga terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan
cara yang sama. Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi
negara-negara di dunia tidak selalu sama, tetapi justru punya karakteristik
masing-masing.
Tujuan untuk rnenjelaskan teori-teori pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi :
A. Mazhab Historismus
B. Teori Klasik
C. Teori Neo
Klasik
D. Teori Keynesian
E. Teori
Schumpeter
F. Teori
Ketergantungan (Dependencia)
PENGELOMPOKAN TEORI
Untuk mengelompokkan teori-teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi secara tepat dan sederhana bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal
yang harus dipertimbangkan misalnya "periode waktu" lahirnya teori
tersebut atau "ide" dari teori tersebut. Namun demikian, setelah
memperhatikan beberapa kepustakaan yang membahas tentang teori pembangunan,
akhirnya dibuat klasifikasi seperti yang dibahas dalarn bab ini. Tentunya tidak
semua teori yang ada akan dibahas di sini mengingat buku ini hanya ditujukan
untuk tingkat pengantar saja.
Dari mazhab historismus dibahas teori Friedrich List, Bruno
HiIlebrand, Karl Bucher, dan W. W Rostow.
A. MAZHAB HISTORISMUS
Mazhab Historismus ini melihat pembangunan ekonomi
berdasarkan suatu pola pendekatan yang berpangkal pada perspektif sejarah.
Dalam alam pikiran mazhab ini fenomena ekonomi adalah produk perkembangan
menyeluruh dan dalam tahap tertentu dalam perjalanan sejarah. Mazhab ini
mendominasi pemikiran ekonomi di Jerman selama abad XIX sampai awal XX.
A.1. FRIEDRICH LIST (Cara Produksi)
List dipandang sebagai pelopor yang meletakkan landasan bagi
pertumbuhan pemikiran ekonomi mazhab Historismus ini. Menurut List, sistem
liberalisme yang laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara
optimal. Perkembangan ekonomi sebenarnya tergantung pada peranan pemerintah,
organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan
terjadi, jika dalam masyarakat ada
kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
Perkembangan ekonomi, menurut List, melalui 5 tahap yaitu
tahap primitif, beternak, pertanian, pertanian dan industri pengolahan
(manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.
Pendekatan List dalam menentukan tahap-tahap perkembangan
ekonomi tersebut berdasarkan pada "cara produksi" nya.
Selain itu, List juga berpendapat bahwa daerah-daerah beriklim
sedang paling cocok untuk pengembangan industri, karena adanya kepadatan
penduduk yang sedang yang merupakan pasar yang cukup memadai. Sedangkan daerah
tropis kurang cocok untuk industri karena pada umumnya daerah tersebut
berpenduduk sangat padat dan pertanian masih kurang efisien.
A.2. BRUNO HILDEBRAND (Cara Distribusi)
Pemikiran Hildebrand selalu menekankan evolusi dalam
perekonomian masyarakat. Sebagai kritiknya terhadap List, Hildebrand mengatakan
bahwa perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada "cara produksi"
ataupun "cara konsumsi", tetapi pada "cara distribusi" yang
digunakan. Oleh karena itu ia mengemukakan 3 sistem distribusi yaitu:
1. Perekonomian Barter (natura)
2. Perekonomian Uang
3. Perekonomian Kredit
Sayangnya, Hildebrand tidak menjelaskan proses perkembangan
dari tahap tertentu ke tahap berikutnya. Selain itu, Hildebrand juga ternyata
tidak memberi sumbangan yang berarti terhadap peralatan analitis di bidang ilmu
ekonomi.
A.3. KARL BUCHER (Produksi & Distribusi)
Pendapat Bucher merupakan sintesa dari pendapat List dan
Hildebrand. Menurut Bucher, perkembangan ekonomi melalui 3 tahap yaitu:
1. Produksi untuk kebutuhan sendiri (subsistem)
2. Perekonomian kota di mana pertukaran sudah meluas .
3. Perekonomian nasional di mana peran pedagang menjadi
semakin penting.
Harrod domar tentang pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori
Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:
Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full
employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan
secara penuh.
Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah
tangga dan sektor perusahaan.
Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan
besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai darititik nol.
Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to
save=MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara
modal-output(capital-output ratio=COR) dan rasio pertambahan
modal-output(incremental capital-output ratio = ICOR).
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan
suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR)
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh,
perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari
output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka
semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2004:64-67)
Pengertian Definisi
Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh R.F Harrod
dan Evsey Domar. Kedua ekonom ini
mengemukakan teorinya secara terpisah. Harrod menjelaskan tentang teori
pertumbuhannya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Sedangkan Domar
menyatakan teorinya pada tahun 1947 dalam jurnal Amerika Economic review.
Walaupun dikembangkan secara terpisah, namun kedua teori ini memiliki inti yang sama, sehingga kedua teori ini
dikenal sebagai teori pertumbuhan Harrod-Domar.
Teori Harrod-Domar menganalisis persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan oleh suatu negara agar perekonomiannya dapat tumbuh dan berkembang
dalam jangka panjang secara mantap atau steady growth. Kedua ekonom ini mencoba
melengkapi kekurangan dari teori Keynes yang berkaitan dengan tenaga kerja dan
teori ekonomi jangka pendeknya.
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dibangun berdasarkan
pengalaman dari Negara-negara maju. Model yang dibangun berbasis perekonomian
kapitalis maju dan berusaha mengevaluasi atau studi persyaratan pertumbuhan
mantap, atau steady growth Negara maju.
Harrod dan Domar memberikan peran penting pembentukan
investasi terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Investasi dianggap
factor penting karena memiliki dua karakter atau dua peran sekaligus dalam
mempengaruhi perekonomian. Yaitu:
Pertama, investasi
berperan sebagai factor yang dapat menciptakan pendapatan, artinya
investasi mempengaruhi sisi permintaan. Kedua investasi dapat memperbesar
kapasitas produksi perekonomian dengan meningkatkan stok modal, artinya
investasi akan mempengaruhi dari sisi penawaran.
Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, pengeluaran
investasi tidak hanya mampu mempengaruhi permintaan agregatif, namun juga mampu
mempengaruhi penawaran agregatif, melalui perubahan kapasitas produksi.
DAFTAR ISI :
·
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia
Ketiga. Jakarta : Gramedia pustaka Utama.
·
Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori
Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press
·
The Stage of Economic Growth, Walt Whitman
Rostow
·
Michael P. Todaro,Stephen C. Smith. 2006. Economic
Development_P9, Ekonomi pembangunan Edisi ke Sembilan. Jakarta: Penerbit Airlangga
Komentar
Posting Komentar